interference intensity slit 2

Distribusi intensitas pada interferensi oleh dua celah dapat diperoleh menggunakan fasor [1] yang lebih mudah dari menjumlahkan dua fungsi trigonomoetri dengan formula Prosthaphaeresis [2], dengan fungsi trigonometri yang dimaksud adalah fungsi yang merupakan solusi dari persamaan gelombang untuk medan listrik. Untuk membantu pemahaman mengenai fasor ini, telah pula ada model mekaniknya sehingga dapat dicoba [3]. Dengan dua cara tersebut akan ditunjukkan bagaimana intensitas interferensi dua celah dapat diperoleh.

phasor#

Fasor (phasor) atau vektor fasa (phase vektor) adalah vektor yang arahnya ditentukan oleh sudut fasanya. Dua buah fasor yang berbeda fasa ϕ dapat digambarkan sebagai berikut.

 
image/svg+xml ϕ ϕ
Gambar 1. Sudut antara dua buah fasor.

Penjumlahan dua buah fasor membentuk sudut ϕ secara umum sama dengan penjumlahkan dua buah vektor yang membentuk sudut yang sama. Ilustrasi pendahuluan penjumlahan dua buah vektor dengan aturan trapesium diberikan pada Gambar 1 (kiri), sedang dengan aturan segitiga diberikan pada Gambar 1 (kanan).

resultan#

Penjumlahan fasor pada interferensi dua celah dapat diilustrasikan sebagai berikut, dengan Eo adalah amplitudo medan listrik dari sumber cahaya pada masing-masing celah. Atau lebih tepatnya sumber cahaya tunggal monokromatik yang menyinari celah.

 
image/svg+xml Eo Eo ϕ = π Eo Eo 2Eo ϕ = 0
Gambar 2. Resultan maksimum dan minimum interferensi dua celah.

Dengan menggunakan fasor superposisi berkas cahaya pada suatu titik P dapat diperoleh untuk nilai maksimum dan minimumnya pada nilai beda fasa ϕ tertentu. Informasi nilai maksimum dan minimum ini berguna dalam proses menggambarkan intensitasnya. Dari Gambar 2 dapat diperoleh bahwa interferensi maksimum

(1)E=2Eo,    ϕ=2nπ,    n=0,1,2,

dan interferensi mininum

(2)E=0,    ϕ=(2n+1)π,    n=0,1,2,

dengan ϕ kelak dapat direpresentasikan dalam besaran lain yang menyebabkan perbedaan fasa ini.

intensity#

Intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudo medan listrik sehingga dapat dituliskan untuk sumbernya

(3)IoEo2

dan untuk hasil interferensi oleh dua celah

(4)IE2.

Persamaan (3) dan (4) dapat membuat Persamaan (1) dan (2) dituliskan kembali menjadi

(5)I=4Io,    ϕ=2nπ,    n=0,1,2,

dan interferensi mininum

(6)I=0,    ϕ=(2n+1)π,    n=0,1,2,

Persamaan (5) dan (6) akan dijadikan panduan dalam menggambarkan intensitas interferensi dua celah.

superposition#

Fungsi medan listrik pada titik P akibat berkas cahaya yang bersumber dari celah S1 dapat dituliskan dalam bentuk

(7)E1=Eosin(kx1ωt)

dengan x1 adalah jarak titik P terhadap celah S1. Dengan cara yang sama dapat diperoleh pula fungsi medan listrik pada titik P akibat berkas cahaya yang bersumber dari celah S2

(8)E2=Eosin(kx2ωt),

dengan x2 adalah jarak titik P dari celah S2.

 
image/svg+xml S1 S2 P x1 x2 L y θ d
Gambar 3. Sistem dua celah dan layar.

Kedua celah S1 dan S2, lintasan yang ditempuh kedua berkas x1 dan x2, serta titik P pada layar diberikan pada Gambar 3.

Total medan listrik pada titik P adalah superposisi dari medan listrik akibat kedua sumber

(9)E=E1+E2=Eosin(kx1ωt)+Eosin(kx2ωt)=2E0sin[12k(x1+x2)ωt]cos12k(x1x2)=2E0sin[12k(x1+x2)ωt]cos12k(x2x1)=2E0sin[12k(x1+x2)ωt]cos12kΔx

dengan

(10)Δx=x2x1.

Baris kedua dapat menjadi baris ketiga pada Persamaan (9) dikarenakan

(11)cos(x)=cosx.

Dari Persamaan (9) dapat diperoleh intensitas relatifnya melalui Persamaan (3) dan (4) dalam bentuk

(12)I=4Iosin2[12k(x1+x2)ωt]cos212kΔx.

Rata-rata intensitas terhadap waktu untuk masing-masing sumber

(13)Ii,avg=12Io,    i=1,2,

dan resultannya

(14)Iavg=2Iocos212kΔx.

pada titik P dapat diperoleh. Kedua Persamaan (13) dan (14) diperoleh dari

(15)1Ttt+Tsin2(ωt+γ)=12

dengan γ bukan fungsi dari waktu. Untuk Persamaan (13) γ=πkxi, i=1,2 dan untuk Persamaan (14) γ=π12(x1+x2). Dengan demikian dapat dituliskan

(16)IIo=4cos212kΔx.

Baris kedua Persamaan (9) dapat dituliskan kembali menjadi

(17)E=Eosin(kx1ωt)+Eosin(kx2ωt+kΔx)=Eosin(kx1ωt)+Eosin[k(x1+x2x1)ωt]=Eosin(kx1ωt)+Eosin[k(x1+Δx)ωt]=Eosin(kx1ωt)+Eosin(kx1ωt+kΔx)=Eosin(kx1ωt)+Eosin(kx1ωt+ϕ)

sehingga cocok dengan ilustrasi fasor pada Gambar 1. Dari baris terakhir Persamaan (17) dapat diperoleh bahwa

(18)ϕ=kΔx,

di mana untuk pendekatan dengan sudut θ kecil hubungan

(19)Δx=dsinθ

dapat diperoleh. Persaman (18) menggambarkan beda fasa antar fasor yang mewakili berkas cahaya dari masing-masing celah yang tiba di titik P pada layar dan Persamaan (19) menunjukkan beda panjang lintasan kedua berkas yang masing-masing melewati x1 dan x2 bergantung pada jarak antar kedua celah d dan sudut θ. Substitusi Persamaan (19) ke Persamaan (18) akan menjelakan bahwa beda fasa antara kedua berkas yang tiba di titik P disebabkan oleh posisi angularnya θ dan jarak antar kedua celah d.

Substitusi Persamaan (18) ke Persamaan (16) akan menghasilkan

(20)IIo=4cos212ϕ.

Selanjutnya, Persamaan (5), (6), dan (20) dapat diresumekan menjadi

(21)IIo={4,ϕ=2nπ,0,ϕ=(2n+1)π,4cos212ϕ,2n<ϕ<2(n+1)π,

dengan n=0,1,2,3,. Kedua baris awal pada Persamaan (21) dapat dipereh dari baris ketiga.

 
Gnuplot Produced by GNUPLOT 5.4 patchlevel 1 0 1 2 3 4 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 I / Io f/p gnuplot_plot_1
Gambar 4. Intensitas relatif I/Io interferensi dua celah sebagai fungsi beda fasa ϕ, dengan beda fasa dinyatakan dalam π.

Persamaan (21) digambarkan kurvanya pada Gambar 4, dengan titik-titik maksimum dan minimum pada gambar tersebut dapat pula diperoleh dari Persamaan (5) dan (6).

exer#

  1. Apa perbedaan dari Persamaan (5) dan (6) dan Persamaan (20)?
  2. Apa persamaan yang diperoleh bila Persamaan (19) disubstitusikan ke Persamaan (18), lalu hasilnya digunakan pada syarat dari Persamaan (5)?
  3. Apa persamaan yang diperoleh bila Persamaan (19) disubstitusikan ke Persamaan (18), lalu hasilnya digunakan pada syarat dari Persamaan (6)?
  4. Bagaimana cara memperoleh syarat interferensi minumum dalam bentuk dsinθ=(n+12)λ yang telah dikenal?
  5. Bagaimana pula cara memperoleh syarat interferensi maksimum dsinθ=nλ yang telah dikenal?

notes#

  1. Luke Wilson, “Light and Optics - 8”, Department of Physics and Astronomy, The University of Sheffield, 17 Mar 2011, url https://www.sheffield.ac.uk/polopoly_fs/1.20730!/file/Topic8.pdf [20220330].
  2. Eric W. Weisstein, “Prosthaphaeresis Formulas”, from MathWorld–A Wolfram Web Resource, Wolfram Research, Inc., 29 Mar 2022 url https://mathworld.wolfram.com/ProsthaphaeresisFormulas.html [20220330].
  3. Rand S. Worland, Matthew J. Moelter, “Hands-On Hands-On Phasors Phasors and and Multiple-Slit Multiple-Slit Interference”, The Physics Teacher [Phys Teach], vol 35, no 8, p 486-488, Nov 1997, url https://doi.org/10.1119/1.2344776.
Cite as: viridi, "interference intensity slit 2", bugx, 30 Mar 2022, url https://dudung.github.io/bugx/0027 [20221011].