nou

dendam masa lalu

Nein Arimasen
3 mins read ·

coretan silang 1/3

url https://coretan-silang.blogspot.com/2008/04/bagian-02.html

“Bugg! Grusakkk!” seorang pemuda jatuh bergulingan dan masuk menyungsep ke sebuah semak.

“Aduh! Sakit, guru!” sahutnya setelah tak lama keluar dari semak-semak itu sambil mengusap-usap kepalanya yang tadi terantuk tanah dan akar-akaran.

“Itu akibatnya bila engkau tidak memperhatikan petunjukku, Zwai-Den (murid kedua)!” jawab seorang yang sedang bersila di atas sebuah batu datar tidak jauh dari sana.

“Iya, guru!” jawab sang Zwei-Den terdiam. Ia tahu bahwa ia salah. Tapi pelajaran yang diajarkan gurunya itu benar-benar membosankan. Berdiri tegak. Luruskan punggung. Tarik nafas ke pusat. Hembuskan. Dubur ditarik. Leher tegak. Tangan terkembang dan melayang.

Dengan langkah ogah-ogahan pemuda itu berjalan menuju tempat ia semua berdiri dan mulai lagi latihan yang diperintahkan oleh gurunya. Tadi, akibat ia tidak berkonsentrasi, aliran tenaganya menjadi kacau sehingga ia kehilangan keseimbangan. Dan lebih parahnya refleks yang telah ia punya mengalirkan tenaganya sehingga kaki dan tangannya bergeark sendiri, mencari-cari postur baru agar tubuhnya kembali seimbang. Akibatnya aliran hawa dan refleksnya bekerja saling berlawanan sehingga ia pusing, terguling dan menggelinding nyungsep masuk ke semak tadi.

“Zwai-Den, kita sudahi latihan pagi ini. Ada yang datang,” ucap gurunya tiba-tiba sebelum pemuda itu masuk ke dalam konsentrasi latihannya.

“Siapa guru?” tanyanya karena ia tidak mendengar ada suara orang mendekati tempat mereka berada.

“Ein-Den (murid pertama) dan seorang terluka,” jawab gurunya pendek. “Selain itu ada dua orang kenalan lama.” Guru pemuda itu menekankan kata ‘kenalan lama’ yang terdengar sebagai peringatan bahwa orang yang datang itu bukan membawa maksud baik.

“Kakak seperguruan dan seorang terluka? Aku songsong dia,” ujar pemuda itu segera.

“Tidak usah, ia sudah di sini!” sanggah gurunya.

“Guru!” ucap Ein-Den sesaat kemudian di tempat itu.

“Bawa orang itu ke rumah! Zwai-Den bantu kakakmu untuk memberikan ramuan obat yang ada dalam kotak merah!” katanya sesaat setelah meraba orang yang pingsang dalam pondongan muridnya dan mengira-ngira keadaan orang tersebut.

“Baik, guru!” sahut keduanya.

“Dan beritahu adikku bahwa kita kedatangan tamu yang tidak ramah,” lanjut gurunya.

Kedua muridnya mengangguk dan segera mereka menghilang dari tempat itu.

“Hmmm, Bo-Se Wi-Li-Nge (si Kembar Jahat)..,” gumamnya. “Sudah lama masa-masa itu…”

Dari jauh pasila Wo-Le-Ke telah dapat merasakan siapa yang akan datang. Ditambah dengan pengamatan yang ia peroleh dari luka orang yang dipanggul muridnya, semakin jelas jurus dan jenis pukulan yang digunakan oleh orang yang melukai. Dari perapal ilmu yang diduganya, hanya Bo-Se Wi-Li-Nge yang ia kenal. Dan kedua orang itu memang masih punya hutang lama dengannya. Janji untuk bertarung kembali setelah keduanya dikalahkan Wo-Le-Ke sekitar lim atau enam tahun yang lalu.

Kala itu Wo-Le-Ke sebenarnya tidak sengaja bersilang jalan dengan Bo-Se Wi-Li-Nge, di mana keduanya sedang merampok kereta penumpang yang lewat suatu daerah padang pasir. Kebetulan saja Wo-Le-Ke menjadi penumpang dalam kereta yang sama. Mau tidak mau, dengan alasan membela diri, akhirnya mereka bertiga beradu fisik dan dengan akibat kekalahan di pihak Bo-Se Wi-Li-Nge. Mereka tidak puas. Bukan oleh ketidakberhasilan perampokan mereka dan tewasnya anak buah keduanya, melainkan lebih atas kekalahan mereka berdua dari Wo-Le-Ke. Di daerah padang pasir tersebut, keduanya adalah jagoan yang telah malang-melintang. Oleh karena itu mereka menantang Wo-Le-Ke dalam lima atau enam tahun ke depan mereka akan mencarinya untuk membayar kekalahan mereka itu.

Wo-Le-Ke yang merasa menyesal telah menanam bibit permusuhan, menolak. Tapi keduanya tidak mengubrisnya dan bersesumbar akan mengalahkannya. Rupanya, walaupun Wo-Le-Ke tidak memberitahu di mana ia berdiam, kedua orang itu mencari-cari cara untuk menemukan dirinya. Salah satunya adalah dengan melukai orang yang mengenal Wo-Le-Ke. Dibuat ia terluka parah, tetapi masih bisa berjalan, dan akan dapat disembuhkan bila ia mencari orang yang ingin mereka paranin. Suatu siasat keji dengan menggunakan nyawa orang lain.

Wo-Le-Ke pun menyadari hal itu setelah melihat luka orang yang dipanggul oleh Ein-Dan. Dan ia merasa geram bahwa kemurahan hatinya lima tahun yang lalu malah membuat orang lain menjadi susah.

Tags: